Politik

Wael Al Dahdouh, Manusia Terkuat di Gaza

Ditulis oleh Esthi Maharani

GAZA -- Jurnalis veteran Palestina, Wael Al Dahdouh bisa jadi salah satu manusia terkuat di Gaza. Ia harus menghadapi berbagai ujian, terutama ketika harus merelakan kepergian sanak saudaranya satu persatu. Terakhir, ia harus kehilangan putranya yang juga seorang jurnalis.

Hamza Al Dahdaouh juga bekerja untuk Jaringan Media Aljazirah. Ia menjadi salah satu dari dua jurnalis yang tewas dalam serangan Israel ketika sedang bertugas pada Ahad (7/1/2023). Di pemakaman Hamza, Wael terlihat tenang tapi pasrah.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Ia mengatakan ia salah satu warga Gaza yang mengucapkan perpisahan pada orang-orang tercinta. Wael bersumpah untuk terus menunjukkan kepada dunia apa yang terjadi Gaza meski terus kehilangan orang-orang yang ia cintai.

"Hamza segalanya bagi saya, putra tertua, jiwanya adalah jiwa saya, ini air mata perpisahan dan kehilangan, air mata kemanusiaan," katanya.

Ketika berpisah dengan Hamza, salah satu putrinya memohon dan menangis dipelukkan Wael dan mengatakan agar ia harus tetap hidup karena tidak ada lagi sanak keluarga selain Wael. "Please stay for us, no one is left but you," katanya berulang kali.

Sebelum kehilangan Hamza, Wael juga harus kehilangan istrinya, Amna; putranya yang lain, Mahmoud; putrinya yang baru berusia 7 tahun, Sham; dan cucunya Adam yang berusia satu tahun pada serangan Israel Oktober lalu. Mereka gugur ketika rumah yang ditempati selama mengungsi diserangan Israel.

Tak hanya kehilangan sanak keluarga, Wael juga kehilangan rekan kerja yakni juru kamera Aljazirah, Samer Abudaqa. Wael pun sudah beberapa kali terluka karena serangan Israel. Dengan berbagai cobaan yang harus dihadapinya, Wael tetap menjalankan tugasnya sebagai seorang jurnalis. Ia menolak berhenti memberikan laporan. Dikutip dari Aljazirah, Senin (8/1/2023) Wael terus melaporkan perkembangan terbaru situasi Gaza pada dunia Arab.

Serikat Wartawan Palestina (PJS) mencatat sudah 102 jurnalis tewas dan 71 terluka dalam serangan Israel yang dimulai awal Oktober lalu.

Menerima Takdir

Wael memberikan pernyataan usai memakamkan putra sulungnya. Ia mengatakan tidak ada yang lebih menyakitkan daripada kehilangan orang-orang terkasih yang dekat di hati. Ia juga dengan tegar mengatakan bahwa kehilangan sanak keluarganya adalah takdir yang harus dipikulnya. Ia juga menyadari pilihan yang diambil untuk berada di garda depan memberitakan kebiadaban Israel akan menciptakan risiko yang sangat besar.

"Ini adalah takdir kami, pilihan kami di tanah Palestina ini. Kami harus menerima itu semua, apapun yang terjadi, kita akan terus melanjutkan perjuangan meski harus mengucapkan selamat tinggal pada orang tercinta," katanya.

"Untuk Hamza dan semua warga Palestina yang gugur, kami dengan bangga berjanji bahwa kami akan terus berada di jalan yang sama. Kami mengairi tanah Palestina dengan darah tapi kami tidak akan berhenti. Kami mungkin merasakan kesakitan yang amat sangat, kami mungkin menderita dan tidak ada yang lebih menyakitkan daripada kehilangan anak tertua, jiwa dari jiwamu sendiri," tambahnya.

"Kami tetap berdiri dan dikelilingi oleh kemanusiaan sedangkan musuh penuh dengan kematian. Apa yang menggerakkan kami adalah kemanusiaan, sedangkan yang menggerakkan musuh adalah kebencian," katanya.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Dunia dalam genggaman