Perusahaan Es Krim Amerika, Ben Jerry's Dukung Perdamaian di Gaza
Ditulis oleh Rizky Jaramaya
JAKARTA -- Produsen es krim Ben & Jerry's ikut menyerukan gencatan senjata di Gaza. Produsen es krim asal Amerika ini menghadapi kritik dari Israel dan kelompok pro-Israel setelah memutuskan untuk berhenti menjual produknya di pemukiman ilegal Israel pada 2021.
Ben & Jerry's kini menjadi salah satu perusahaan multinasional pertama yang menyerukan gencatan senjata permanen di Gaza sejak perang dimulai. “Mempromosikan perdamaian telah menjadi bagian integral dari DNA Ben & Jerry's selama empat dekade,” kata Anuradha Mittal, ketua dewan direksi, dalam sebuah pernyataan.
“Saat ini, dewan direksi Ben & Jerry berdiri teguh dengan prinsip tersebut dengan menyerukan perdamaian dan gencatan senjata yang permanen dan segera," ujar Mittal, dilansir Middle East Eye, Rabu (17/1/2024).
Pada Juli 2021, Ben & Jerry's mengatakan, mereka akan menghentikan operasi komersialnya di wilayah pendudukan Tepi Barat karena tidak sejalan dengan nilai-nilai perusahaan. Langkah ini mendapat tentangan keras dari legislator Israel, serta anggota parlemen AS dan pemerintah negara bagian yang mengancam akan menarik investasi mereka pada pemilik perusahaan, Unilever.
Menyusul reaksi keras tersebut, Unilever mengumumkan akan menjual kepentingan bisnis Ben & Jerry's di Israel kepada pengusaha Avi Zinger, pemegang lisensi merek es krim Israel saat ini. Penjualan tersebut secara efektif akan membalikkan keputusan yang dibuat oleh perusahaan tersebut untuk berhenti beroperasi di Tepi Barat.
Untuk menghentikan hal ini terjadi, Ben & Jerry's mengajukan gugatan terhadap Unilever untuk memblokir penjualan kepentingan bisnisnya di Israel. Saat itu, Presiden Israel, Isaac Herzog menuduh perusahaan tersebut melakukan "terorisme ekonomi".
"(Ini) terorisme yang bertujuan untuk merugikan warga Israel dan perekonomian Israel. Kita harus menentang boikot dan terorisme dalam bentuk apa pun," kata Herzog.
Kementerian Kesehatan Gaza pada Selasa (16/1/2024) mengatakan, jumlah warga Palestina yang dibunuh oleh Israel telah meningkat menjadi 24.285 orang. Sementara sedikitnya 61.154 lainnya terluka sejak dimulainya serangan Israel pada 7 Oktober 2023.