Gencatan Senjata Di Gaza Mentok, Krisis Kemanusiaan Bisa Semakin Parah
Ditulis oleh Esthi Maharani
KAIRO -- Perundingan gencatan senjata dan pertukaran sandera antara Israel dan Hamas mentok alias menemui jalan buntu. Hal ini bisa membuat krisis kemanusiaan di Gaza semakin parah.
Negosiator dari Hamas, Qatar dan Mesir mencoba mencapai gencatan senjata selama 40 hari sebelum bulan suci Ramadhan yang dimulai awal pekan depan. Namun, negosiasi belum mencapai titik temu. Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mendesak Hamas untuk menerima penawaran dalam perundingan. Ia mengklaim Israel kooperatif dan sudah ada "tawaran rasional" dalam gencatan senjata dalam pertukaran pembebasan sandera.
"Kini kesepakatan ada di tangan Hamas," kata Biden, Selasa(5/3/2024).
Ia memperingatkan "sangat berbahaya" pertempuran berlanjut sampai Ramadhan. Israel tidak menghadiri perundingan yang digelar di Kairo, Mesir. Sementara Hamas berjanji untuk terus berpartisipasi dalam perundingan tersebut.
Pejabat Hamas menegaskan sebelum para sandera dapat dibebaskan, gencatan senjata sudah harus dilakukan, pasukan Israel harus meninggalkan Gaza dan semua warga Gaza yang terpaksa mengungsi dapat kembali pulang ke rumahnya.
"Kami menunjukkan fleksibilitas yang diperlukan untuk mencapai penghentian agresi yang komprehensif terhadap rakyat kami, tetapi penjajah masih menghindari hak-hak dari perjanjian ini," kata Hamas dalam pernyataannya.
Sebelumnya sumber mengatakan Israel menjauh dari perundingan Kairo karena Hamas menolak untuk memberikan daftar sandera yang masih hidup. Hamas mengatakan hal itu tidak mungkin dilakukan tanpa gencatan senjata karena para sandera tersebar di seluruh zona perang.
Pasukan Israel, yang memulai serangan mereka di Gaza setelah serangan mendadak Hamas ke Israel pada 7 Oktober, terus membombardir daerah kantong Palestina itu sejak pembicaraan di Kairo dimulai pada hari (3/3/2024), dan situasi kemanusiaan yang mengerikan di daerah padat penduduk itu semakin memburuk.
"Setiap hari kami kehilangan puluhan syahid. Kami ingin gencatan senjata sekarang," kata Shaban Abdel-Raouf, seorang teknisi listrik Palestina dan ayah lima anak dari Kota Gaza, yang sekarang berada di kota selatan Khan Younis. Para pejabat kesehatan di Gaza mengatakan jumlah korban tewas dalam serangan Israel kini telah melampaui 30.700 orang.